Studi dari Pusat Kanker Perlmutter di Pusat Kesehatan NYU Langone Health, Amerika Serikat (AS), yang dipublikasikan di jurnal Microbiome, menyatakan konsumsi minuman beralkohol dapat merusak keseimbangan bakteri di mulut. Kondisi ini tak hanya dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit gusi dan gigi berlubang, tapi juga kanker dan penyakit jantung.
Ahli epidemiologi dan salah satu peneliti studi ini, Jiyoung Ahn mengatakan bahwa studi ini memberikan bukti bahwa minuman beralkohol bisa berdampak buruk terhadap keseimbangan mikroba yang baik di mulut. Studi tersebut juga mencari tahu mengapa kebiasaan minum minuman beralkohol dan/atau merokok dapat menyebabkan perubahan bakteri yang berhubungan dengan kanker dan penyakit kronis.
Menurut Jiyoung kepada NBC dalam sebuah wawancara telepon, minuman beralkohol dapat membunuh bakteri baik dan memungkinkan berbagai bakteri jahat tumbuh dan berkembang di mulut. Perubahan keseimbangan bakteri ini ditemukan dapat berkontribusi terhadap penyakit yang berkaitan dengan alkohol, termasuk penyakit periodontal (penyakit yang mengenai jaringan pendukung gigi), kanker kepala dan leher, serta kanker saluran pencernaan.
Bagaimana dengan peminum alkohol yang sedang-sedang saja?
Peminum alkohol ringan dan moderat memang tampak sehat. Namun mulai ada banyak penelitian mengenai kebiasaan minum yang “sedang-sedang saja” ini juga bisa berdampak buruk terhadap kesehatan.
Para peminum alkohol lebih mungkin mengalami berbagai jenis kanker dan penyakit jantung. Di samping itu, yang sudah menjadi rahasia umum, alkohol dapat berdampak buruk pada kesehatan hati.
Peminum alkohol berat juga diketahui dapat kehilangan gigi dan mengalami penyakit gusi. Lewat studi ini, para peneliti bermaksud ingin mengetahui apakah beberapa jenis kerusakan ini diakibatkan oleh efek alkohol terhadap mikrobiome di mulut. Orang-orang yang juga memiliki ketidakseimbangan mikrobiome lebih rentan terhadap obesitas dan asma.
Pengertian Mikrobiome
Mikrobiome adalah kumpulan mikroorganisme, termasuk bakteri, ragi, dan virus yang hidup di tubuh manusia. Mereka berperan dalam mencerna makanan, melindungi tubuh dari penyakit sekaligus menyebabkan terjadinya penyakit.
Tim peneliti meneliti dua survei kesehatan yang mana banyak orang yang memberikan sampel mulut mereka untuk dianalisis dan juga memberikan rincian mengenai kebiasaan minum mereka. Hasilnya, didapat informasi detail sebanyak lebih dari 1.000 orang, termasuk 270 orang yang tidak minum minuman beralkohol, 614 peminum alkohol moderat, dan 160 peminum alkohol berat.
Bakteri-bakteri yang terpengaruh
Pria yang minum minuman beralkohol rata-rata lebih dari dua gelas per hari dan wanita yang minum lebih dari satu gelas per hari diklasifikasikan sebagai peminum berat. Orang-orang yang minum lebih banyak memiliki lebih sedikit populasi Lactobacillus, si bakteri baik.
Para peneliti menuliskan bahwa terdapat bukti yang menunjukkan bahwa Lactobacillus memiliki manfaat terhadap kesehatan mulut, yaitu menurunkan risiko perkembangan karies gigi.
Pada mulut para peminum, ditemukan lebih banyak populasi bakteri Streptococcus, Actinomyces, Leptotrichia, Cardiobacterium, dan Neisseria—yang semuanya berpotensi membahayakan. Meski demikian, pada studi ini tidak dijelaskan bagaimana minum minuman beralkohol dapat membunuh bakteri baik dan memungkinkan bakteri jahat berkembang. Selain itu juga tidak dijelaskan apakah kebiasaan ini mendorong bakteri jahat untuk memengaruhi produksi air liur atau dengan membuat lingkungan yang lebih “ramah” terhadap perkembangan bakteri jahat.
Studi ini merupakan percobaan pengamatan. Oleh karena itu, para peneliti tidak dapat menunjukkan hubungan sebab dan akibat. Penelitian mengenai peminum moderat dan berat yang secara acak diminta untuk berhenti atau melanjutkan kebiasaan minumnya dalam jangka waktu lama perlu dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana pengaruhnya terhadap mikrobiome.
Meski faktor penggunaan obat kumur yang mengandung alkohol terlupakan dari studi ini, namun Jiyoung percaya alkohol dapat memengaruhi bakteri, baik maupun jahat, secara langsung ataupun tidak langsung. Ketika Anda minum minuman beralkohol, tubuh akan memetabolismenya, dan kerusakan metabolik tersebut masuk ke dalam darah lalu dialirkan ke seluruh tubuh, termasuk kembali ke mulut.
Menurut drg. Callista Argentina dari KlikDokter, mengonsumsi minuman beralkohol juga diketahui dapat menyebabkan mulut kering karena produksi air liur yang berkurang. Kondisi ini dapat membahayakan kesehatan gigi karena pada dasarnya air liur berfungsi untuk membersihkan partikel-partikel makanan dan menetralisir kondisi asam pada mulut. Oleh kerena, produksi air liur yang menurun dapat menimbulkan gigi berlubang serta penyakit gigi dan gusi lainnya.
source: klikdokter.com